KDK II “Jurnal Asam dan Basa”
Nama: Notin Lolita
NIM:16140148
Kelas: B.13.2
PROGRAM STUDI D.IV
BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2016/2017
Jurnal 1
Asam dan Basa
PENDAHULUAN
Banyak sekali hal-hal menarik di
sekitar kita yang bisa di bawa ke kelas untuk memberikan kemudahan bagi
siswa belajar sains. Salah satunya saat siswa belajar tentang
asam dan basa.
Dalam kehidupan sehari-hari
kita sering menemukan rasa pahit,
getir, asam asin dan manis pada makanan atau zat karena sifat zat tersebut, yaitu
sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu
zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan
bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang
mempunyai rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam.
Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan,
sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita
sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa
secara bersama-sama. Seperti
yang dijelaskan bahwa asam mempunyai rasa asam, sedangkan basa mempunyai rasa
pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara
mencicipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif)
atau bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat
indikator, yaitu zat yang memberi warna berbeda di lingkungan asam dan
lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau
bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa). Untuk mengetahui apakah suatu
larutan bersifat asam atau basa secara umum, biasanya digunakan indikator asam-basa. Contoh indikator asam-basa paling sederhana adalah kertas
lakmus merah dan
biru. Mungkin beberapa
dari kita pernah menonton iklan
di televisi mengenai
uji efektivitas suatu
produk deodoran menggunakan kertas lakmus
yang ditempelkan di bawah lengan. Nah, kertas lakmus biru akan berubah
warna menjadi merah jika kondisinya asam. Begitu pula kertas lakmus merah
akan berubah warna menjadi biru dalam kondisi basa. Untuk lebih mudah
mengingat, ingat saja warna merah artinya asam dan warna biru artinya basa. Ada pula
indikator pH universal,
yang berupa lembaran
kertas kecil dengan beberapa
rentang warna, yang
jika dimasukkan dalam
suatu larutan, indikator pH universal
tersebut akan mengalami perubahan warna sesuai dengan nilai pH. Kertas
indikator yang telah berubah warna tersebut kemudian dapat dicocokkan dengan rentang
nilai pH yang telah disediakan. Bagi siswa
sekolah, sangat menarik
melakukan eksperimen untuk mengetes yang mana golongan asam
dan basa berdasarkan pengamatan. Indikator yang tersedia luas di
laboratorium-laboratorium kimia biasanya adalah indikator universal dan kertas lakmus.
Namun indikator tersebut
bisa dikatakan mahal harganya dan
kurang terjangkau untuk
percobaan. Nah, alam
sendiri telah membekali kita dengan
indikator asam-basa yang disebut dengan indikator alami. Indikator alami adalah
tanaman atau bunga yang mempunyai warna menyolok, dan memberikan warna yang
berbeda jika diberikan dalam larutan asam atau basa. Salah satu
contoh indikator alami
adalah kembang sepatu
(Hibiscus rosa- sinensis). Mahkota kembang sepatu
ini dapat kita gunakan untuk mengetahui sifat suatu larutan lho!
Kembang sepatu yang berwarna merah akan berubah menjadi biru jika terkena larutan
basa. Sedangkan bunga dengan mahkota berwarna biru atau keunguan akan
berubah menjadi merah jika terkena larutan asam. Menarik, bukan? Beberapa indikator
alami seperti bunga kembang sepatu, kunyit, bunga bougenvile, bunga pacar
air dan
bunga gumitir dapat digunakan dapat digunakan untuk membuktikan apakah
bahan-bahan seperti cuka, jeruk nipis, air sabun, airsoda kue, NaOH dan HCl dan
lainnya bersifat asam atau basa.
DASAR TEORI
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu.
Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali)
berasal dari bahasa
Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui
bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan,
misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun
yang tajam. Sifat
Asam: Asam (yang sering diwakili
dengan rumus umum HA)
secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih
kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat member
proton kepada
zat lain (yang disebut basa), atau dapat
menerima pasangan elektron bebas dari
suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan
suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka)
dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil).
Ciri-ciri asam diantaranya: rasanya asam, dapat mengubah warna kertas lakmus biru
menjadi merah, mempunyai pH (derajat keasaman) kurang dari 7, dapat
menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit), dengan logam tertentu
dapat mengahasilkan gas
hydrogen dan bersifat
korosif atau merusak bahan-bahan
benda-benda yang dikenainya. Istilah
"asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama
dalam bahasa-bahasa Eropa
seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau
Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam
kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga
definisi asam yang
umum diterima dalam
kimia, yaitu
Definisi Arrhenius,
Brønsted-Lowry, dan Lewis.
Arrhenius:
Menurut definisi ini,
asam adalah suatu
zat yang meningkatkan konsentrasi
ion hidronium ketika dilarutkan dalam air.
Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi (III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan. Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi (Anonim, 2013). Sifat Basa Seperti halnya asam, basa juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari- hari. Para ibu rumah tangga menggunakan abu gosok untuk mencuci piring. Basa dalam abu gosok dapat bereaksi dengan kotoran berupa lemak atau minyak, sehingga menjadi larut. Sedangkan, untuk mencuci piring yang sangat berminyak perlu menggunakan sabun. Sabun dapat melarutkan lemak dan minyak. Para penderita magh selalu minum obat berupa magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida. Basa memiliki ciri-ciri seperti: pahit dan licin, mempunyai pH lebih dari 7, mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit), dapat menetralkan sifat asam dan bersifat kausatik atau dapat merusak kulit (Mulyadi, 2012). Terdapat tiga definisi basa yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis (Istigfaiyah, 2013).
Arrhenius: Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Brønsted-Lowry: Basa adalah zat yang dapat menerima proton dari zat lain (akseptor proton). Suatu zat baik yang bermuatan positif, negatif, ataupun netral termasuk basa Bronsted-Lowry jika mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan atom H. Misalnya, NH dan OH
Lewis: Suatu zat tergolong basa jika dapat memberi pasangan elektron. Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam, basa, dan netral dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi (III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan. Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi (Anonim, 2013). Sifat Basa Seperti halnya asam, basa juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari- hari. Para ibu rumah tangga menggunakan abu gosok untuk mencuci piring. Basa dalam abu gosok dapat bereaksi dengan kotoran berupa lemak atau minyak, sehingga menjadi larut. Sedangkan, untuk mencuci piring yang sangat berminyak perlu menggunakan sabun. Sabun dapat melarutkan lemak dan minyak. Para penderita magh selalu minum obat berupa magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida. Basa memiliki ciri-ciri seperti: pahit dan licin, mempunyai pH lebih dari 7, mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit), dapat menetralkan sifat asam dan bersifat kausatik atau dapat merusak kulit (Mulyadi, 2012). Terdapat tiga definisi basa yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis (Istigfaiyah, 2013).
Arrhenius: Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Brønsted-Lowry: Basa adalah zat yang dapat menerima proton dari zat lain (akseptor proton). Suatu zat baik yang bermuatan positif, negatif, ataupun netral termasuk basa Bronsted-Lowry jika mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan atom H. Misalnya, NH dan OH
Lewis: Suatu zat tergolong basa jika dapat memberi pasangan elektron. Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam, basa, dan netral dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1) Identifikasi Larutan dengan Indikator
Untuk mengidentifikasi sifat asam basa larutan, selain menggunakan kertas lakmus kita juga dapat menggunakan larutan yang berfungsi sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa. Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein (Pangganti, 2012).
Untuk mengidentifikasi sifat asam basa larutan, selain menggunakan kertas lakmus kita juga dapat menggunakan larutan yang berfungsi sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa. Identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein (Pangganti, 2012).
2) Identifikasi larutan dengan kertas lakmus Sifat asam atau basa
suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak berubah (tetap biru).
Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak
berubah (tetap merah) (Johari, J. M. C., dan Rachmawati dalam Pangganti, 2012).
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak berubah (tetap biru).
Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak
berubah (tetap merah) (Johari, J. M. C., dan Rachmawati dalam Pangganti, 2012).
3) Identifikasi larutan dengan indikator alami Indikator alami
merupakan bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan yang
sifatnya berbeda, asam, basa atau netral. Indikator alami yang biasa digunakan untuk
pengujian asam basa adalah bunga-bungaan, umbi, kulit buah dan daun yang
berwarna. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya
kembang sepatu merah
di dalam asam berwarna merah dan di dalam basa
berwarna hijau. Kita dapat membuat sendiri indikator alami untuk penentuan sifat
asam basa ini dari ekstrak mahkota bunga berwarna. Mahkota bunga (misal :
bunga sepatu) kita gerus dengan air. Selanjutnya airnya kita gunakan
untuk menguji sifat
asam basa dari
larutan yaitu dengan
jalan mencampurkannya dengan
larutan asam atau
basa. Bila pada
pencampuran tersebut
ternyata ekstrak mahkota bunga memberikan warna yang berbeda untuk larutan asam basa, maka
ekstrak mahkota bunga tersebut dapat kita gunakan sebagai indikator
(Pangganti, 2012).
MATERI
DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain
adalah air sabun, air
soda kue, cuka, jeruk nipis, HCl, NaOH, akuades, kunyit, bunga pacar air, bunga kembang sepatu,
bunga bougenvile, dan bunga gumitir.
Alat
Pisau, plat tetes, pipet tetes, gelas beker,
lumpang, alu dan tisu
Cara Kerja
Kunyit dipotong kemudian dihancurkan dengan
menggunakan mortal, lalu dilarutkan
dengan aquades. Filtrat ekstrak kunyit di tempatkan di tujuh tempat pada plat tetes
masing-masing 7 tetes. Filtrat ditetesi cuka, air jeruk, air sabun, air soda kue, larutan NaOH,
dan larutan HCl, masing-masing 5 tetes. Filtrat ketujuh sebagai control.
Perubahan warna yang terjadi diamati, dan dibandingkan dengan filtrat control. Ganti
kunyit dengan aneka jenis bunga dan lakukan seperti langkah sebelumnya serta amati
perubahan warna yang terjadi. 6
HCl Kuning Merah Tua Merah Tua Merah Kuning Berdasarkan
hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada suasana basa kunyit memberikan
perubahan warna yang signifikan, yaitu dari warna kuning menjadi oranye atau merah
bata. Sedangkan pada suasana asam perubahan warna tidak dapat diamati
dengan baik, karena perubahan
warna yang terjadi tidak signifikan.
Untuk
percobaan menggunakan bunga
pacar air juga
memberikan perubahan
warna yang signifikan pada penambahan asam maupun basa. Pada suasana asam terjadi
perubahan warna dari merah menjadi merah tua atau merah pekat. Namun pada cuka,
perubahan yang terjadi adalah dari merah
menjadi merah
muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh ekstrak bunga pacar air hanya berubah pada suasana asam
yang cukup kuat karena larutan cuka merupakan asam lemah dan konsentrasinya pun
rendah. Sedangkan pada
suasana basa terjadi perubahan warna dari merah
menjadi kehitaman sampai oranye. Oleh sebab itu ekstrak pacar air dapat
digunakan sebagai indikator asam ataupun basa. Perubahan demikian juga pada bunga
kembang sepatu memberikan perubahan warna yang signifikan
pada penambahan asam
maupun basa. Pada
suasana asam, kembang sepatu yang
memiliki warna awal merah mengalami perubahan menjadi menjadi merah tua. Namun
pada cuka perubahan yang terjadi adalah dari merah menjadi merah muda. Hal
ini mungkin disebabkan karena asam asetat (cuka) adalah asam lemah.
Sedangkan pada suasana basa terjadi perubahan warna dari merah menjadi merah ungu
setelah ditambahkan air sabun, menjadi hijau dan hijau gelap setelah
penambahan air soda kue dan NaOH. Karena ekstrak kembang sepatu memberikan
perubahan warna yang signifikan pada penambahan asam ataupun basa
maka ekstrak kembang
sepatu dapat dijadikan
indikator pada suasanaasam dan basa.
Perubahan warna ekstrak kembang sepatu dapat dilihat
Pada
ekstrak bunga bougenvil
memberikan perubahan warna
yang signifikan
pada penambahan basa. Pada suasana asam perubahan warna yang terjadi dari merah
menjadi merah muda. Perubahan ini kurang teramati dengan baik. Namun pada suasana
basa terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning. Ekstrak
bunga gumitir tidak memberikan perubahan warna yang signifikan baik suasana asam ataupun
basa. Maka dapat dikatakan bahwa ekstrak bunga gumitir tidak
bisa digunakan sebagai
indikator untuk asam
maupun basa. Selain indikator yang
digunakan dalam percobaan ini, beberapa indikator alami yang dapat
digunakan untuk menguji sifat asam basa suatu larutan adalah jenis bunga-bunga
yang berwarna cerah
atau umbi-umbian yang
berwarna. Contohnya
kol ungu, bunga angsoka, ketela ungu, daun yang berwarna ungu kemerahan, kulit manggis, bunga terompet,
bunga asoka, bunga anggrek dan lain- lain
Jurnal 2
PENDAHULUAN
Tanaman
bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L), mudah dibudidayakan di daerah beriklim
tropis dengan stek batang, mulai berbunga umur 3-4 bulan (Rauf dan Nuryanti,
2004).
Kelopak bunganya dikenal sebagai refrigerant
dan de mulcent, daunya digunakan untuk
obat pencahar, sedangkan akarnya dimanfaatkan sebagai obat batuk. Studi fitokimia
mengungkapkan terdapat bahan-bahan kimia diantaranya fla vonoid, flavonoid
glikosida, hibiscetine, asam sitrat, asam tartrat, siklopropenoid dan pigmen
antosianin (Anja dkk., 2003; Gilani dkk., 2005).
.Antosianin
yang terdapat pada bunga sepatu adalah jenis pelargonidin (Nuryanti dan Pursitasari,
2008).
Antosianin
dari berbagai tanaman semakin banyak digunakan dalam industri makanan dan
obat-obatan karena AGRITECH, Vol. 30, No. 3, Agustus 2010
warnanya
menarik dan aman bagi kesehatan. Warna antosianin sangat dipengaruhi oleh
struktur antosianin serta derajat keasaman (pH) (Jacman dkk.,1987). Antosianin cenderung
tidak berwarna di daerah pH netral, di dalam larutan yang pHnya sangat asam (pH< 3) memberikan warna
merah yang maksium, sedangkan di dalam larutan alkali (pH 10,5) pigmen
antosianin mengalami perubahan warna menjadi biru
(Torskangerpoll
dkk., 2005).
Berdasarkan
perubahan warna pada ring pH tersebut, mungkinkah bahan alam khususnya bunga
yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai indikator titrasi asam-basa.
Bunga sepatu
yang berwarna merah mengandung antosianin, dapatkah ekstrak bunga tersebut
digunakan sebagai indikator titrasi asam-basa. Di dalam titrat dan titran yang
ditambah indikator dari ekstrak bunga tersebut dapat memberikan perubahan warna
yang jelas untuk menunjukkan titik ekivalen dan memberikan hasil yang setara
dengan indikator pembanding fenolftalein dan metil oranye (indikator
sintetis).Indikator sintetis tersebut sangat dibutuhkan di tingkat sekolah
lanjutan sampai dengan perguruan tinggi, yang selama ini digunakan memiliki
beberapa kelemahan seperti polusi kimia,ketersediaan dan biaya produksi tinggi.
Indikator sintetis titrasi asam basaharganyapun relatif mahal dan sangat sulit
didapatkan di daerah pedesaan (khususnya di luar Jawa).Tujuan penelitian ini
yang utama adalah bagaimanan membuat ekstrak bunga sepatu sebagai indikator
titrasi asam-basa. Selain itu bertujuan untuk mengetahui apakah indikator dari
ekstrak mahkota bunga sepatu dapat digunakan sebagai pengganti indikator
sintetis. Keberhasilan penelitian ini secara fundamental dapat membantu
pemerintah di bidang pendidikan dan dapat mengalihkan indikator sintetis ke
bahan alam yang mudah dilestarikan, akan dapat meningkatkan nilai ekonomis
bunga sepatu serta dapat sebagai acuan untuk pembuatan indikator dari bunga
tersebut bagi guru kimia di pedesaan.
*METODE
PENELITIAN
Bahan dan
Alat PenelitianMahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) yang
digunakan
dalam penelitian ini berasal dari Trisik, Kabupaten ulon Progo, diidentifikasi
di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada.Bunga
yang
digunakan sebagai sampel adalah bunga yang berwarna merah. Bahan kimia yang
digunakan dalam penelitian adalah natrium carbonat, natrium bikarbonat, asam
asetat,indikator metil oranye (MO), indikator fenolftalein (PP), asam asetat,metanol,natrium
hidroksida, dan asam klorida, semua bahan kimia tersebut yang digunakan dalam
penelitian ini berdera jad proanalisis produksi E. Merck.
Alat yang
digunakan antara lain seker untuk ekstraksi
(IKAKS 130
basic), rotaevaporator Buchii (R-124), corong Buchner, pH meter (Hanna
HI-8314), buret mikro (JENCOS Scintific USA), pipet mikro (SOLORESwiss), pipet volum,
erlenmeyer, pengaduk magnet dan neraca analitik (Libror EB-330
Shimadzu).Preparasi Ekstrak Mahkota Bunga Sepatu Ditimbang sebanyak 50 g
mahkota bunga sepatu, lalu dicuci dengan aquades sampai bersih, dipotong
kecil-kecil, kemudian ditambah pelarut n-heksana sebanyak 500 mL dan dimaserasi
selama 20 jam selanjutnya disaring. Residu hasil penyaringan diekstrak dengan
pelarut etil asetat sebanyak
500 mL
selama 20 jam. Residu kemudian diekstraksi kembali dengan metanol-asam asetat
sebanyak 500 mL selama 20 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan
penyaring kain kasa, kemudian disaring kembali dengan kertas saring. Filtrat
hasil penyaringan kemudian dievaporasi sampai volume menjadi setengahnya. Hasil
evaporasi siap digunakan sebagai indikator titrasi asam-basa.Uji Coba Ekstrak
Mahkota Bunga Sepatu Sebagai Indikator Titrasi basa kuat dengan asam
kuat.Diukur sebanyak 45 mL larutan NaOH yang sudah distandarisasi, lalu
dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian ditambah beberapa tetes indikator ekstrak
mahkota bunga sepatu sampai larutan berwarna hijau muda, selanjutnya dititrasi
dengan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3
kali dan dicatat volume larutan HCl 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi.
Indikator fenolftalein merupakan indikator titrasi asam-basa memiliki jangkauan
pH 8,0-9,6 (Day dan Underwood, 1998), indikator ini digunakan sebagai
pembanding. Dilakukan penelitian yang sama dengan menggantikan indikator
ekstrak bunga sepatu dengan indikator pembanding fenolftalein.Titrasi basa
lemah dengan asam kuat.Diukur sebanyak 45 mL NaHCO dimasukkan dalam erlenmeyer
kemudian ditambah beberapa tetes indikator dari ekstrak mahkota bunga sepatu
sampai larutan berwarna hijau muda, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N
yang sudah distandarisasi.
Penambahan
HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat
volume larutan HCl 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi.Menurut Day dan Underwood
(1998) indikator metil oranye mempunyai jangkauan pH 3,1-4,4 merupakan
indikator titrasi basa lemah-asam kuat, sehingga indikator tersebut dipakai
sebagai pembanding. Dalam penelitian ini dikerjakan titrasi yang sama dengan
menggunakanindikator metil oranye sebagai pembanding.AGRITECH, Vol. 30, No. 3,Agustus
2010180Titrasi asam lemah dengan basa kuat.Diukur sebanyak 45 mL larutan asam
asetat (CHCOOH), dimasukkan dalam erlenmeyer kemudian ditambah beberapatetes
indikator ekstrak bunga sepatu sampai larutan berwarna merah muda, lalu
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang sudah distandarisasi.Penambahan NaOH
0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat
volume larutan
HCl 0,1 N
yang diperlukan untuk titrasi. Dalam penelitian ini dikerjakan titrasi yang
sama dengan menggunakan indikator fenolftalen sebagai pembanding.
*HASIL DAN
PEMBAHASAN
Mahkota
Bunga Sepatu Sebagai Indikator Titrasi Asam BasaHasil indikator dari ekstrak
mahkota bunga sepatu yang diperoleh, menunjukkan perubahan warna yaitu dalam
laru
tan asam
berwarna merah dan dalam basa bewarna hijau. Perubahan warna ekstrak mahkota
bunga sepatu dalam larutan asam dan basa disebabkan adanya antosianin,larutan
ekstrak mahkota bunga sepatu dalam asam tidak berwarna dalam basa berwarna violet
(Bhagat dkk., 2008). Antosianin dalam strukturnya mengandung kation flavilium,
dapat terjadi perubahan warna karena terjadinya perubahan bentuk struktur yang
disebabkan oleh pengaruh pH. Hasil analisis ekstrak mahkota bunga sepatu,
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, kondisi larutan pada pH 8 muncul
serapan pada daerah panjang gelombang (maks) 601 nm, warna larutan dalam pH
tersebut hijau kebiruan.
yang dapat
mengalami kesetimbangan dengan membentuk senyawa anhidrobase. Hasil yang
diperoleh pada titrasi basa kuat dengan asam kuat menunjukkan pH di atas 9,60 berwarna
hijau, perubahan warna tersebut menunjukkan jangkauan Ph indikatorfenolftalein
yaitu 8,0-9,6 (Day dan Underwood, 1998). Diantara pH 9,60-4,85 terjadi
perubahan warna sedikit demi sedikit dari hijau menjadi merah, dan pH di bawah
4,85 larutan berwarna merah. Indikator pembanding yang digunakan fenolftalein,
hasil yang diperoleh dengan indikator pembanding menunjukkan pH di atas 9,50
berwarna
merah muda,
diantara pH 9,50-4,90 terjadi perubahan sedikit demi sedikit dari merah muda
menjadi tidak berwarna, pH dibawah 4,90 larutan tidak berwarna. Pada uji ini
ekstrak mahkota bunga sepatu dapat digunakan untuk titrasi basa kuat dengan
asam kuat. Hal ini dibuktikan hasil titrasi menggunakan ekstrak bunga tersebut
dan indikator fenolftalein sebagai pembanding memberikan hasil yang
setara.Titrasi basa lemah dengan asam kuat.Hasil titrasi basa lemah dengan asam
kuat, menggunakan indikator ekstrak mahkota bunga sepatu yang diperoleh
menunjukkan pH di atas 4,29 berwarna hijau, diantara pH 4,29-3,09 terjadi
perubahan warna sedikit demi sedikit dari hijau menjadi merah, dan pH di bawah
3,09 larutan berwarna merah. Perubahan warna dari indikator ekstrak bunga
sepatu tersebut berada dalam jangkauan indikator metil oranye yaitu pada
4,4-3,1 (Day dan Underwood, 1998). Indikator pembanding yang digunakan metil
oranye, hasil yang diperoleh dengan indikator pembanding menunjukkan pH di atas
4,55berwarna kuning, diantara pH 4,55-3,0 terjadi perubahan sedikit demi
sedikit dari kuning menjadi merah. Pada uji ini ekstrak mahkota bunga sepatu
dapat digunakan untuk titrasi basa lemah dengan asam kuat. Hal ini dibuktikan
hasil titrasi menggunakan ekstrak tersebut memberikan hasil yang setara dengan
indikator metil oranye.Titrasi asam lemah dengan basa kuat.Hasil titrasi asam
lemah dengan basa kuat dengan menggunakan indikator ekstrak mahkota bunga sepatu
yang diperoleh menunjukkan pH di bawah 5,80 berwarna merah, diantara pH
5,80-9,55 Pada saat terjadinya titik ekivalen secara teoritis pH 7, indikator
fenolfalein yang digunakan belum memberikan perubahan warna. Daerah pH titik
ekivalen tersebut berada antara rentang pH 4,30-9,70 (Day dan Underwood, 1998).
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian titrasi basa kuat dengan asam kuat menggunakan
indikator yang sama rentang pH teramati antara 4,90-9,50, sedangkan dengan
menggunakan indikatror ekstrak bunga sepatu rentang pH teramati antara
4,85-9,60. Berdasarkan data tersebut bila dibandingkan ada kemiripan (hampir
sama). Begitu pula untuk titrasi asam lemah dengan basa kuat dan sebaliknya
titik ekivalen pada saat berlangsungnya titrasi tidak dapat teramati, sehingga
yang bisa teramati dalam titrasi
asam-basa
adalah titik akhir titrasi.Senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai
indikator dalam titrasi mempunyai karakteristik yaitu senyawa memberikan
perubahan warna terhadap perubahan suasana pH larutan. Perubahan warna dapat
terjadi melalui proses keseimbangan bentuk molekul dan ion dari senyawa
indikator tersebut. Sebagai contoh senyawa fenolftalein merupakan indikator
asam lemah-basa kuat.
Kesimpulan
Jurnal 1
Bedasarkan hasil percobaan maka
dapat disimpulkan bahwa:
1.
Ekstrak kunyit
dan bunga bougenvil dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi basa.
2.
Ekstrak bunga
pacar air dan bunga kembang sepatu dapat digunakan sebagai indikator untuk
mendeteks asam atau basa.
3.
Esktrak bunga
gumitir tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi asam maupun
basa.
Jurnal 2
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan tentang pemahaman
konsep-konsep mahasiswa dalam memberikan gambaran mikroskopis adalah:
a.
Tingkat
pemahaman mahasiswa tentang identifikasi sifat asam basa termasuk kategori
tinggi, sedangkan dalam memberikan gambaran mikroskopis asam kuat dalam air
termasuk kategori rendah, untuk asam lemah, basa kuat dan hasil reaksi asam
kuat dan basa kuat termasuk kategori sangat rendah.
b.
Pola-pola
kesalahan mahasiswa dlam memberikan gambaran mikroskopik adalah:
1.
Mahasiswa tidak
memahami bahwa didalam air HCL dan H2SO4 terionisasi
sempurna membentuk ion H+ dan Cl- untuk HCL dan 2H+
dan SO4
2.
Mahasiswa tidak
memahami bahwa asam lemah dalam air hanya sebagian kecil terurai menjadi
ion-ion, sehinggamasih ada sebagian zat terlarut dalam bentuk tidak terionisasi
3.
Mahasiswa tidak
dapat membedakan konsep tentang ionisasi sebagian dan ionisasi sempurna
kk tidak ada daftar pustakanya?
BalasHapus