Kamis, 02 Maret 2017

Jurnal Asam dan Basa



 KDK II “Jurnal Asam dan Basa”



  


 
Nama: Notin Lolita

NIM:16140148
Kelas: B.13.2




PROGRAM STUDI D.IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017



Jurnal 1
Asam dan Basa

PENDAHULUAN
Banyak sekali hal-hal menarik di sekitar kita yang bisa di bawa ke kelas untuk memberikan kemudahan bagi siswa belajar sains. Salah satunya saat siswa belajar   tentang   asam   dan   basa.  Dalam   kehidupan   sehari-hari   kita   sering menemukan rasa pahit, getir, asam asin dan manis pada makanan atau zat karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran sifat asam dan basa secara bersama-sama. Seperti yang dijelaskan bahwa asam mempunyai rasa asam, sedangkan basa mempunyai rasa pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara mencicipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna berbeda di lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa). Untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam atau basa secara umum, biasanya digunakan indikator  asam-basa. Contoh indikator asam-basa  paling sederhana adalah   kertas   lakmus   merah   dan   biru.   Mungkin   beberapa   dari   kita   pernah menonton   iklan   di   televisi   mengenai   uji   efektivitas   suatu   produk   deodoran menggunakan kertas lakmus yang ditempelkan di bawah lengan. Nah, kertas lakmus biru akan berubah warna menjadi merah jika kondisinya asam. Begitu pula kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru dalam kondisi basa. Untuk lebih mudah mengingat, ingat saja warna merah artinya asam dan warna biru artinya basa. Ada   pula   indikator   pH   universal,   yang   berupa   lembaran   kertas   kecil dengan  beberapa  rentang   warna,   yang   jika   dimasukkan  dalam   suatu  larutan, indikator pH universal tersebut akan mengalami perubahan warna sesuai dengan nilai pH. Kertas indikator yang telah berubah warna tersebut kemudian dapat dicocokkan dengan rentang nilai pH yang telah disediakan. Bagi   siswa   sekolah,   sangat   menarik   melakukan   eksperimen   untuk mengetes yang mana golongan asam dan basa berdasarkan pengamatan. Indikator yang tersedia luas di laboratorium-laboratorium kimia biasanya adalah indikator universal dan kertas  lakmus.  Namun indikator  tersebut bisa  dikatakan mahal harganya   dan   kurang   terjangkau   untuk   percobaan.  Nah,   alam   sendiri   telah membekali kita dengan indikator asam-basa yang disebut dengan indikator alami. Indikator alami adalah tanaman atau bunga yang mempunyai warna menyolok, dan memberikan warna yang berbeda jika diberikan dalam larutan asam atau basa. Salah   satu   contoh   indikator   alami   adalah   kembang   sepatu   (Hibiscus   rosa- sinensis). Mahkota kembang sepatu ini dapat kita gunakan untuk mengetahui sifat suatu larutan lho! Kembang sepatu yang berwarna merah akan berubah menjadi biru jika terkena larutan basa. Sedangkan bunga dengan mahkota berwarna biru atau keunguan akan berubah menjadi merah jika terkena larutan asam. Menarik, bukan? Beberapa indikator alami seperti bunga kembang sepatu, kunyit, bunga bougenvile, bunga pacar air dan bunga gumitir dapat digunakan dapat digunakan untuk membuktikan apakah bahan-bahan seperti cuka, jeruk nipis, air sabun, airsoda kue, NaOH dan HCl dan lainnya bersifat asam atau basa.
DASAR TEORI
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin  acetum  yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Sifat Asam: Asam (yang   sering   diwakili   dengan   rumus   umum HA)   secara   umum merupakan  senyawa kimia yang  bila  dilarutkan  dalam air  akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat member proton kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron  bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam   asetat (ditemukan   dalam cuka)   dan asam   sulfat (digunakan   dalam baterai atau aki mobil). Ciri-ciri asam diantaranya: rasanya asam, dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, mempunyai pH (derajat keasaman) kurang dari 7, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit), dengan logam   tertentu   dapat   mengahasilkan   gas   hydrogen   dan   bersifat   korosif   atau merusak bahan-bahan benda-benda yang dikenainya. Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal  yang sama  dalam  bahasa-bahasa  Eropa  seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat   tiga   definisi   asam   yang   umum   diterima   dalam   kimia,   yaitu
Definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.
 Arrhenius:   Menurut   definisi   ini,   asam   adalah   suatu   zat   yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium ketika dilarutkan dalam air.
Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
 Brønsted-Lowry:   Menurut   definisi   ini,   asam   adalah   pemberi   proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan   definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
 Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi   (III)   klorida.   Definisi   Lewis   dapat   pula   dijelaskan   dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan. Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry   merupakan   definisi   yang   paling   umum   digunakan.   Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi (Anonim, 2013). Sifat Basa Seperti halnya asam, basa juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari- hari. Para ibu rumah tangga menggunakan abu gosok untuk mencuci piring. Basa dalam abu gosok dapat bereaksi dengan kotoran berupa lemak atau minyak, sehingga menjadi larut. Sedangkan, untuk mencuci piring yang sangat  berminyak perlu menggunakan  sabun.  Sabun  dapat melarutkan  lemak  dan minyak. Para penderita magh selalu minum obat berupa magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida. Basa memiliki ciri-ciri seperti: pahit dan licin, mempunyai pH lebih dari 7, mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit), dapat menetralkan sifat asam dan bersifat kausatik atau dapat merusak kulit (Mulyadi, 2012). Terdapat   tiga   definisi   basa   yang   umum   diterima   dalam   kimia,   yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis (Istigfaiyah, 2013).
 Arrhenius:   Basa adalah   zat   yang   dalam   air   dapat   menghasilkan   ion
hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
 Brønsted-Lowry: Basa adalah zat yang dapat menerima proton dari zat lain (akseptor proton). Suatu zat baik yang bermuatan positif, negatif, ataupun   netral   termasuk   basa   Bronsted-Lowry   jika  mempunyai   pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan atom H. Misalnya, NH dan OH
 Lewis: Suatu zat tergolong basa jika dapat memberi pasangan elektron. Untuk mengetahui  suatu  larutan  bersifat  asam,  basa, dan  netral dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1) Identifikasi Larutan dengan Indikator
Untuk   mengidentifikasi   sifat   asam   basa   larutan,   selain   menggunakan kertas   lakmus   kita   juga   dapat   menggunakan   larutan   yang   berfungsi   sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa. Identifikasi   larutan   di   laboratorium   dapat   menggunakan   empat   jenis larutan indikator,   yaitu   larutan   fenolftalein,   metil   merah,   metil   jingga,   dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya.   Warna-warna   yang   terjadi   pada   larutan   indikator   jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein (Pangganti, 2012).
2) Identifikasi larutan dengan kertas lakmus Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
 Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak berubah (tetap biru).
 Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak
berubah (tetap merah) (Johari, J. M. C., dan Rachmawati dalam Pangganti, 2012).
3) Identifikasi larutan dengan indikator alami Indikator alami merupakan  bahan alam yang dapat  berubah warnanya dalam larutan yang sifatnya berbeda, asam, basa atau netral. Indikator alami yang biasa digunakan untuk pengujian asam basa adalah bunga-bungaan, umbi, kulit buah dan daun yang berwarna. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya,  misalnya  kembang  sepatu  merah  di dalam  asam  berwarna merah dan di dalam basa berwarna hijau. Kita dapat membuat sendiri indikator alami untuk penentuan sifat asam basa ini dari ekstrak mahkota bunga berwarna. Mahkota bunga (misal : bunga sepatu) kita gerus dengan air. Selanjutnya airnya kita  gunakan  untuk  menguji  sifat  asam  basa  dari  larutan  yaitu   dengan  jalan mencampurkannya   dengan   larutan   asam   atau   basa.   Bila   pada   pencampuran tersebut ternyata ekstrak mahkota bunga memberikan warna yang berbeda untuk larutan asam basa, maka ekstrak mahkota bunga tersebut dapat kita gunakan sebagai indikator (Pangganti, 2012).

MATERI DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah air sabun, air soda kue, cuka, jeruk nipis, HCl, NaOH, akuades, kunyit, bunga pacar air, bunga kembang sepatu, bunga bougenvile, dan bunga gumitir.
Alat
Pisau, plat tetes, pipet tetes, gelas beker, lumpang, alu dan tisu
Cara Kerja
Kunyit dipotong kemudian dihancurkan dengan menggunakan mortal, lalu dilarutkan dengan aquades. Filtrat ekstrak kunyit di tempatkan di tujuh tempat pada plat tetes masing-masing 7 tetes. Filtrat ditetesi cuka, air jeruk, air sabun, air soda kue, larutan NaOH, dan larutan HCl, masing-masing 5 tetes. Filtrat ketujuh sebagai control. Perubahan warna yang terjadi diamati, dan dibandingkan dengan filtrat control. Ganti kunyit dengan aneka jenis bunga dan lakukan seperti langkah sebelumnya serta amati perubahan warna yang terjadi. 6 HCl Kuning Merah Tua Merah Tua Merah Kuning  Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada suasana basa kunyit memberikan perubahan warna yang signifikan, yaitu dari warna kuning menjadi oranye atau merah bata. Sedangkan pada suasana asam perubahan warna tidak dapat diamati dengan baik,  karena  perubahan  warna yang  terjadi  tidak signifikan.
Untuk   percobaan   menggunakan   bunga   pacar   air   juga   memberikan perubahan warna yang signifikan pada penambahan asam maupun basa. Pada suasana asam terjadi perubahan warna dari merah menjadi merah tua atau merah pekat. Namun pada cuka, perubahan yang terjadi adalah dari  merah menjadi merah muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh ekstrak bunga pacar air hanya berubah pada suasana asam yang cukup kuat karena larutan cuka merupakan asam lemah dan  konsentrasinya  pun   rendah.   Sedangkan   pada  suasana   basa  terjadi perubahan warna dari merah menjadi kehitaman sampai oranye. Oleh sebab itu ekstrak pacar air dapat digunakan sebagai indikator asam ataupun basa. Perubahan demikian juga pada bunga kembang sepatu memberikan perubahan warna yang   signifikan   pada   penambahan   asam   maupun   basa.   Pada   suasana   asam, kembang sepatu yang memiliki warna awal merah mengalami perubahan menjadi menjadi merah tua. Namun pada cuka perubahan yang terjadi adalah dari merah menjadi merah muda. Hal ini mungkin disebabkan karena asam asetat (cuka) adalah asam lemah. Sedangkan pada suasana basa terjadi perubahan warna dari merah menjadi merah ungu setelah ditambahkan air sabun, menjadi hijau dan hijau gelap setelah penambahan air soda kue dan NaOH. Karena ekstrak kembang sepatu memberikan perubahan warna yang signifikan pada penambahan asam ataupun   basa   maka   ekstrak   kembang   sepatu   dapat   dijadikan   indikator   pada suasanaasam dan basa. Perubahan warna ekstrak kembang sepatu dapat dilihat
Pada   ekstrak   bunga   bougenvil   memberikan   perubahan   warna   yang signifikan pada penambahan basa. Pada suasana asam perubahan warna yang terjadi dari merah menjadi merah muda. Perubahan ini kurang teramati dengan baik. Namun pada suasana basa terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning.  Ekstrak bunga gumitir tidak memberikan perubahan warna yang signifikan baik suasana asam ataupun basa. Maka dapat dikatakan bahwa ekstrak bunga gumitir   tidak   bisa   digunakan   sebagai   indikator   untuk   asam   maupun   basa. Selain indikator yang digunakan dalam percobaan ini, beberapa indikator alami yang dapat digunakan untuk menguji sifat asam basa suatu larutan adalah jenis   bunga-bunga   yang   berwarna   cerah   atau   umbi-umbian   yang   berwarna. Contohnya kol ungu, bunga angsoka, ketela ungu, daun yang berwarna ungu kemerahan, kulit manggis, bunga terompet, bunga asoka, bunga anggrek dan lain- lain















Jurnal 2
PENDAHULUAN

Tanaman bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L), mudah dibudidayakan di daerah beriklim tropis dengan stek batang, mulai berbunga umur 3-4 bulan (Rauf dan Nuryanti,
2004). Kelopak bunganya dikenal sebagai  refrigerant dan  de mulcent, daunya digunakan untuk obat pencahar, sedangkan akarnya dimanfaatkan sebagai obat batuk. Studi fitokimia mengungkapkan terdapat bahan-bahan kimia diantaranya fla vonoid, flavonoid glikosida, hibiscetine, asam sitrat, asam tartrat, siklopropenoid dan pigmen antosianin (Anja dkk., 2003; Gilani dkk., 2005).
.Antosianin yang terdapat pada bunga sepatu adalah jenis pelargonidin (Nuryanti dan Pursitasari, 2008).
Antosianin dari berbagai tanaman semakin banyak digunakan dalam industri makanan dan obat-obatan karena AGRITECH, Vol. 30, No. 3, Agustus 2010
warnanya menarik dan aman bagi kesehatan. Warna antosianin sangat dipengaruhi oleh struktur antosianin serta derajat keasaman (pH) (Jacman dkk.,1987). Antosianin cenderung tidak berwarna di daerah pH netral, di dalam larutan yang  pHnya sangat asam (pH< 3) memberikan warna merah yang maksium, sedangkan di dalam larutan alkali (pH 10,5) pigmen antosianin mengalami perubahan warna menjadi biru
(Torskangerpoll dkk., 2005).
Berdasarkan perubahan warna pada ring pH tersebut, mungkinkah bahan alam khususnya bunga yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai indikator titrasi asam-basa.
Bunga sepatu yang berwarna merah mengandung antosianin, dapatkah ekstrak bunga tersebut digunakan sebagai indikator titrasi asam-basa. Di dalam titrat dan titran yang ditambah indikator dari ekstrak bunga tersebut dapat memberikan perubahan warna yang jelas untuk menunjukkan titik ekivalen dan memberikan hasil yang setara dengan indikator pembanding fenolftalein dan metil oranye (indikator sintetis).Indikator sintetis tersebut sangat dibutuhkan di tingkat sekolah lanjutan sampai dengan perguruan tinggi, yang selama ini digunakan memiliki beberapa kelemahan seperti polusi kimia,ketersediaan dan biaya produksi tinggi. Indikator sintetis titrasi asam basaharganyapun relatif mahal dan sangat sulit didapatkan di daerah pedesaan (khususnya di luar Jawa).Tujuan penelitian ini yang utama adalah bagaimanan membuat ekstrak bunga sepatu sebagai indikator titrasi asam-basa. Selain itu bertujuan untuk mengetahui apakah indikator dari ekstrak mahkota bunga sepatu dapat digunakan sebagai pengganti indikator sintetis. Keberhasilan penelitian ini secara fundamental dapat membantu pemerintah di bidang pendidikan dan dapat mengalihkan indikator sintetis ke bahan alam yang mudah dilestarikan, akan dapat meningkatkan nilai ekonomis bunga sepatu serta dapat sebagai acuan untuk pembuatan indikator dari bunga tersebut bagi guru kimia di pedesaan.

*METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat PenelitianMahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari Trisik, Kabupaten ulon Progo, diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada.Bunga
yang digunakan sebagai sampel adalah bunga yang berwarna merah. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian adalah natrium carbonat, natrium bikarbonat, asam asetat,indikator metil oranye (MO), indikator fenolftalein (PP), asam asetat,metanol,natrium hidroksida, dan asam klorida, semua bahan kimia tersebut yang digunakan dalam penelitian ini berdera jad proanalisis produksi E. Merck.
Alat yang digunakan antara lain seker untuk ekstraksi
(IKAKS 130 basic), rotaevaporator Buchii (R-124), corong Buchner, pH meter (Hanna HI-8314), buret mikro (JENCOS Scintific USA), pipet mikro (SOLORESwiss), pipet volum, erlenmeyer, pengaduk magnet dan neraca analitik (Libror EB-330 Shimadzu).Preparasi Ekstrak Mahkota Bunga Sepatu Ditimbang sebanyak 50 g mahkota bunga sepatu, lalu dicuci dengan aquades sampai bersih, dipotong kecil-kecil, kemudian ditambah pelarut n-heksana sebanyak 500 mL dan dimaserasi selama 20 jam selanjutnya disaring. Residu hasil penyaringan diekstrak dengan pelarut etil asetat sebanyak
500 mL selama 20 jam. Residu kemudian diekstraksi kembali dengan metanol-asam asetat sebanyak 500 mL selama 20 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan penyaring kain kasa, kemudian disaring kembali dengan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan kemudian dievaporasi sampai volume menjadi setengahnya. Hasil evaporasi siap digunakan sebagai indikator titrasi asam-basa.Uji Coba Ekstrak Mahkota Bunga Sepatu Sebagai Indi­kator Titrasi basa kuat dengan asam kuat.Diukur sebanyak 45 mL larutan NaOH yang sudah distandarisasi, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian ditambah beberapa tetes indikator ekstrak mahkota bunga sepatu sampai larutan berwarna hijau muda, selanjutnya dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat volume larutan HCl 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi. Indikator fenolftalein merupakan indikator titrasi asam-basa memiliki jangkauan pH 8,0-9,6 (Day dan Underwood, 1998), indikator ini digunakan sebagai pembanding. Dilakukan penelitian yang sama dengan menggantikan indikator ekstrak bunga sepatu dengan indikator pembanding fenolftalein.Titrasi basa lemah dengan asam kuat.Diukur sebanyak 45 mL NaHCO dimasukkan dalam erlenmeyer kemudian ditambah beberapa tetes indikator dari ekstrak mahkota bunga sepatu sampai larutan berwarna hijau muda, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N yang sudah distandarisasi.
Penambahan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat volume larutan HCl 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi.Menurut Day dan Underwood (1998) indikator metil oranye mempunyai jangkauan pH 3,1-4,4 merupakan indikator titrasi basa lemah-asam kuat, sehingga indikator tersebut dipakai sebagai pembanding. Dalam penelitian ini dikerjakan titrasi yang sama dengan menggunakanindikator metil oranye sebagai pembanding.AGRITECH, Vol. 30, No. 3,Agustus 2010180Titrasi asam lemah dengan basa kuat.Diukur sebanyak 45 mL larutan asam asetat (CHCOOH), dimasukkan dalam erlenmeyer kemudian ditambah beberapatetes indikator ekstrak bunga sepatu sampai larutan berwarna merah muda, lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang sudah distandarisasi.Penambahan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat volume larutan
HCl 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi. Dalam penelitian ini dikerjakan titrasi yang sama dengan menggunakan indikator fenolftalen sebagai pembanding.

*HASIL DAN PEMBAHASAN

Mahkota Bunga Sepatu Sebagai Indikator Titrasi Asam BasaHasil indikator dari ekstrak mahkota bunga sepatu yang diperoleh, menunjukkan perubahan warna yaitu dalam laru
tan asam berwarna merah dan dalam basa bewarna hijau. Perubahan warna ekstrak mahkota bunga sepatu dalam larutan asam dan basa disebabkan adanya antosianin,larutan ekstrak mahkota bunga sepatu dalam asam tidak berwarna dalam basa berwarna violet (Bhagat dkk., 2008). Antosianin dalam strukturnya mengandung kation flavilium, dapat terjadi perubahan warna karena terjadinya perubahan bentuk struktur yang disebabkan oleh pengaruh pH. Hasil analisis ekstrak mahkota bunga sepatu, dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, kondisi larutan pada pH 8 muncul serapan pada daerah panjang gelombang (maks) 601 nm, warna larutan dalam pH tersebut hijau kebiruan.
yang dapat mengalami kesetimbangan dengan membentuk senyawa anhidrobase. Hasil yang diperoleh pada titrasi basa kuat dengan asam kuat menunjukkan pH di atas 9,60 berwarna hijau, perubahan warna tersebut menunjukkan jangkauan Ph indikatorfenolftalein yaitu 8,0-9,6 (Day dan Underwood, 1998). Diantara pH 9,60-4,85 terjadi perubahan warna sedikit demi sedikit dari hijau menjadi merah, dan pH di bawah 4,85 larutan berwarna merah. Indikator pembanding yang digunakan fenolftalein, hasil yang diperoleh dengan indikator pembanding menunjukkan pH di atas 9,50 berwarna
merah muda, diantara pH 9,50-4,90 terjadi perubahan sedikit demi sedikit dari merah muda menjadi tidak berwarna, pH dibawah 4,90 larutan tidak berwarna. Pada uji ini ekstrak mahkota bunga sepatu dapat digunakan untuk titrasi basa kuat dengan asam kuat. Hal ini dibuktikan hasil titrasi menggunakan ekstrak bunga tersebut dan indikator fenolftalein sebagai pembanding memberikan hasil yang setara.Titrasi basa lemah dengan asam kuat.Hasil titrasi basa lemah dengan asam kuat, menggunakan indikator ekstrak mahkota bunga sepatu yang diperoleh menunjukkan pH di atas 4,29 berwarna hijau, diantara pH 4,29-3,09 terjadi perubahan warna sedikit demi sedikit dari hijau menjadi merah, dan pH di bawah 3,09 larutan berwarna merah. Perubahan warna dari indikator ekstrak bunga sepatu tersebut berada dalam jangkauan indikator metil oranye yaitu pada 4,4-3,1 (Day dan Underwood, 1998). Indikator pembanding yang digunakan metil oranye, hasil yang diperoleh dengan indikator pembanding menunjukkan pH di atas 4,55berwarna kuning, diantara pH 4,55-3,0 terjadi perubahan sedikit demi sedikit dari kuning menjadi merah. Pada uji ini ekstrak mahkota bunga sepatu dapat digunakan untuk titrasi basa lemah dengan asam kuat. Hal ini dibuktikan hasil titrasi menggunakan ekstrak tersebut memberikan hasil yang setara dengan indikator metil oranye.Titrasi asam lemah dengan basa kuat.Hasil titrasi asam lemah dengan basa kuat dengan menggunakan indikator ekstrak mahkota bunga sepatu yang diperoleh menunjukkan pH di bawah 5,80 berwarna merah, diantara pH 5,80-9,55 Pada saat terjadinya titik ekivalen secara teoritis pH 7, indikator fenolfalein yang digunakan belum memberikan perubahan warna. Daerah pH titik ekivalen tersebut berada antara rentang pH 4,30-9,70 (Day dan Underwood, 1998). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian titrasi basa kuat dengan asam kuat menggunakan indikator yang sama rentang pH teramati antara 4,90-9,50, sedangkan dengan menggunakan indikatror ekstrak bunga sepatu rentang pH teramati antara 4,85-9,60. Berdasarkan data tersebut bila dibandingkan ada kemiripan (hampir sama). Begitu pula untuk titrasi asam lemah dengan basa kuat dan sebaliknya titik ekivalen pada saat berlangsungnya titrasi tidak dapat teramati, sehingga yang bisa teramati dalam titrasi
asam-basa adalah titik akhir titrasi.Senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator dalam titrasi mempunyai karakteristik yaitu senyawa memberikan perubahan warna terhadap perubahan suasana pH larutan. Perubahan warna dapat terjadi melalui proses keseimbangan bentuk molekul dan ion dari senyawa indikator tersebut. Sebagai contoh senyawa fenolftalein merupakan indikator asam lemah-basa kuat.










Kesimpulan
Jurnal 1
Bedasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa:
      1.            Ekstrak kunyit dan bunga bougenvil dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi basa.
      2.            Ekstrak bunga pacar air dan bunga kembang sepatu dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteks asam atau basa.
      3.            Esktrak bunga gumitir tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi asam maupun basa.
Jurnal 2
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan tentang pemahaman konsep-konsep mahasiswa dalam memberikan gambaran mikroskopis adalah:
a.       Tingkat pemahaman mahasiswa tentang identifikasi sifat asam basa termasuk kategori tinggi, sedangkan dalam memberikan gambaran mikroskopis asam kuat dalam air termasuk kategori rendah, untuk asam lemah, basa kuat dan hasil reaksi asam kuat dan basa kuat termasuk kategori sangat rendah.
b.      Pola-pola kesalahan mahasiswa dlam memberikan gambaran mikroskopik adalah:
                              1.            Mahasiswa tidak memahami bahwa didalam air HCL dan H2SO4 terionisasi sempurna membentuk ion H+ dan Cl- untuk HCL dan 2H+ dan SO4
                              2.            Mahasiswa tidak memahami bahwa asam lemah dalam air hanya sebagian kecil terurai menjadi ion-ion, sehinggamasih ada sebagian zat terlarut dalam bentuk tidak terionisasi
                              3.            Mahasiswa tidak dapat membedakan konsep tentang ionisasi sebagian dan ionisasi sempurna

1 komentar: