Senin, 01 Mei 2017

Epidural



Epidural



Nama: Notin Lolita
NIM:16140148
Kelas: B.13.2
Dosen Pengampuh: Vitrianingsih, SST, M.Kes




PROGRAM STUDI D.IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017
Analgesia Epidural
Kebanyakan unit konsultan persalinan menyediakan pelayanan epidural 24 jam yang diberikan oleh ahli anastesi obsterti yang terlatih. Pemasukan anastesi local ke dalam ruang epidural di lumbal dapat memberikan efek analgesia(bebas dari nyeri) maupun anastesi(penurunan sensasi). Selain tidak merasakan nyeri kontraksi, ibu juga mengalami ketidak mampuan menggerakan kaki, berkemih secara normal, dan merasakan dorongan untuk merasakan dorongan untuk mengejan pada kala II persalinan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan dan penambahan intervesi selama persalinan. Mengingat faktor-faktor tersebut, dilakukanlah modifikasi teknik pemberian analgesic yang tidak mempengaruhi sensasi sepenuhnya yaitu dengan mengkombinasikan pemberian spinal-epidural(combined spinal epidural).
Bab ini berfokus pada analgesia epidural tradisional; CSE dibahas secara singkat. Dilakuakan juga pembahasan tentang prosedur insersi epidural dan top-up epidural klarifikasi terminologi, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping. Peran dan tanggung jawab dibahas dengan jelas dan prosedur pencabutan kateter dibahas dengan rinci.
Blok epidural
Anastesi local diinjekasi kedalam ruang epidural. Kateter kecil dipasang sehingga top-up(dosis bolus) anastesi lokal dapat diberikan setelah dosis sebelumnya habis, atau infuse kontinu dapat diberikan menggunakan driver spuit. Analgesia dan anesthesia yang diberikan biasanya bersifat total. Pemberian analgesia epidural meningkatkan resiko terjadinya persalinan lama dan persalian dengan bantuan alat, terutama bila epidural diberikan sebelum pembukaan mencapai 4 cm. gambaran denyut jantung janin kurang bervariasi; seringkali diperlikan pengawasan kontinu.
Anestesi spinal
Sedikit anestetik lokal diinjeksikan ke daerah subaraknoid, dibawah L1, tempat ujung saraf spinal. Analgesia dan anestesia biasanya total; seksio sesaria biasanya dilakukan dibawah anestesi spinal.
Combined spinal epidural(CSE)
Sedikit anestetik lokal atau analgesic opiat diinjeksikan ke daerah subaraknoid. Kemudian sebuah kateter dimasukan ke dalam ruang epidural sehingga analgesia berikutnya dapat diberikan baik secara bolus maupun melalui infuse kontinu. Keuntungan dari teknik ini adalah bahwa analgesialah yang berhasil dicapai, bukan anestesia. Penggunaan opiate memberikan efek analgesia yang cepat, tetapi berlangsung lama, dan disertai retensi sensasi. Pemberian dosis opiate kepada ibu harus diobservasi, komplikasi dari prosedur ini dapat berupa depresi pernapasan pada ibu dan janin. CSE masih harus dievaluasi sepenuhnya. Peran bidan sama dengan saat CSE sedang dipasang atau analgesia berikutnya sedang diberikan, tetapi asuhan kontinu yang diberikan berbeda dengan asuhan yang diberikan pada ibu yang mendapatkan epidural standar. Infus intravena dapat dihentikan setelah CSE terpasang, sensasi ibu cukup baik untuk bermobilisasi, berkemih dan mengejan, semua gambaran dapat menfasilitasi hasil dan pengalaman proses persalinan yang sangat berbeda. Pada pemasangan CSE banyak terjadi pruritis(Collis et al, 1995) dan meningitis(O’Sullivan, 1997).
Indikasi blok epidural
v  Pereda nyeri/atas permintaan ibu
v  Bermanfaat saat terdapat kecenderungan persalinan dengan bantuan alat: malposisi, malpresentasi, kehamilan kembaran, persalinan lama
v  Hipertensi
v  Persalinan praterm
Kontraindikasi
Ada beberapa kontraindikasi untuk analgesia epidural/spinal:
v  Semua jenis malfungsi pembekuan darah
v  Beberapa gangguan neurologis
v  Deformitas spinal
v  Sepsis lokal
Efek samping epidural
v  Hipotensi (bila menurun dengan CSE), mual, pingsan
v  Dural tap, bila jarum secara tidak sengaja menusuk dura mater, mengakibatkan menurunya tekanan intracranial yang berprotensi menimbulkan sakit kepala berat selama beberapa hari berikutnya
v  Anestesi spinal total; terlalu banyak memberikan injeksi anestesi lokal kedalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan henti napas
v  Blok parsial(nyeri membandel), yaitu saat kontraksi masih tetap dirasakan di salah satu area abdomen
v  Toksisitas obat: gelisah, pusing, tinnitus, rasa logam, mengantuk
v  Perubahan suhu: ibu biasanya mengalami efek vasodilatasi dari bupivakain yang menyebabkan kaki terasa hangat, suhu meningkat tetapi tubuh menggigil
v  Retensi urine


Prosedur pemasangan blok epidural tradisional
Teknik ini dimodifikasi bila diberikan sebagai CSE (seperti yang telah dibahas diatas) atau bila pemberiaanya menggunakan infus kontinu.
Prinsip pemberian obat:
v  Dapat persetuan tindakan dari ibu
v  Anjurkan ibu untuk berkemih
v  Panggil dokter anestesi
v  Siapkan alat:
·         Perlengkapan untuk infuse intravena
·         Monitor CTG
·         Troli balutan
·         Skort dan sarung tangan steril
·         Paket balutan steril, dengan lanen berlubang dan kasa
·         Losion antiseptic, biasanya klorheksidin dalam alcohol isopropyl 70%
·         Paket epidural, biasanya berisi jarum touby, spuit, slang(kateter), dan filter
·         Obat anestesi lokal untuk kulit dan epidural, seperti lignokain
·         Spuit dan jarum steril
·         Plester
·         Balutan plastic untuk kulit
v  Pasang infuse intravena, berikan cairan dosis pembebanan untuk mencegah hipotensi(sesuai permintaan dokter anestesi)
v  Posisi ibu, biasanya salah satu diantara dua cara dibawah ini, untuk melengkungkan spina sehingga akses di amtara vertebra dapat diperoleh:
·         Miring kekiri dengan lutut ditekuk dan dagu kedada tetapi punggung ibu sangat dekat dengan tepi tempat tidur
·         Duduk di tepi tempat tidur dengan kedua kaki ditopang kursi, lengan bersandar di atas meja tempat tidur
v  Bantu dokter anestesi memasang sarung tangan dan skort dan membuat daerah aseptik yang benar; tuangkan losion, buka jarum dan spuit, pegang ampul anestetik lokal untuk diisap isinya, dll
v  Anjurkan ibu untuk tetap diam pada posisi pada saat epidural dipasang oleh dokter anestesi. Selama aktivitas berlangsung dibagian punggung ibu: berikut ini bantuan dan dukungan yang diperlukan:
·         Punggung ibu dibersihkan, linen berlubang dibentangkan ditempatnya dan anestetik lokal diinsersikan kedalam kulit
·         Jarum tuohy diinsersikan pada saat ibu bebas kontraksi
·         Digunakan spuit epidural(menginjeksikan udara untuk mengkaji adanya tahanan) untuk memastikan bahwa jarum tuohy berada ditempat yang benar
·         Kateter dimasukan ke tempat tersebut dan jarum tuohy dicabut
v  Semprotkan kulit plastik disekitar daerah tusukan dan fiksasi kateter dengan plester, bila anestetik telah siap, fiksasi filter ditempat yang mudah dijangkau sering kali dibahu ibu.
v  Berikan sedikit dosis uji; dosis pertama diberikan jika dokter anestesi merasa yakin bahwa kateter sudah diinsersikan dengan benar.
v  Bantu ibu keposisi yang sesua dengan permintaan dokter anestesi sekama 20 menit pertama setelah pemberian (sering kali semi-rekumben)
v  Kaji dan catat tekanan darah dan nadi setiap 5 menit selama 20 menit berikutnya
v  Observasi kondisi ibu termasuk tingkat nyeri, kehangatan, keamanan, infus intravena, warna dan tanda mual
v  Panggil dokter anestesi bila ada tanda gejala yang membutuhkan perhatian
v  Bereskan alat dengan benar
v  Pantau kondisi janin, catat epidural pada gambaran CTG
v  Bila dalam 20 menit semua hasil observasi kondisi ibu dalam keadaan normal dan tingkat analgesia telah tercapai, posisikan kembali ibu dengan posisi yang diingikannya
v  Lanjutkan perawatan persalinan, termasuk perawatan kandung kemih dan tungkai kebas, dan buat catatan benar
v  Setelah 2-8 jam lakukan obsevasi adanya tanda-tanda kekambuhan, berikan top-up sebelum ibu merasa tidak nyaman
Top-up epidural
Top-up epidural diberikan jika pemberiaan anestesi tidak kontinu baik dalam bentuk epidural standar maupun CSE. Bidan yang telah dilatih khusus dan berada dibawah pengawasan, dapat memberikan top-up sesuai kebijakan setempat. Dokter anestesi menetapkan dosis anastetik lokal(konsentrasi dan jumlah), frekuensi, dan posisi ibu. Memberikan dosis dua kali setengah dengan jarak 5 menit dapat dilakukan untuk berjaga-jaga seandainya kateter bergeser ke cairan cerebrospinal. Meskipun demikian instruksi pemberian yang kontinu dan lambat juga harus ditulis dalam bentuk resep tertulis (May 1994)
Prosedur top-up epidural
v  Kaji adanya kebutuhan pemberian top-up, pemeriksaan infus intravena dan siapkan alat:
·         Obat sesuai resep, biasanya bupivakain
·         Jarum dan spuit steril
·         Kapas alkohol untuk penghapus kuman
v  Posisikan ibu sesuai instruksi dokter anestesi, biasanya posisi miring pada kala I persalinan, dan duduk pada kala II
v  Cuci tangan dan periksa kembali obat anestetik lokal bersama bidan lainnya dan ambil obat dengan dosis yang benar
v  Bila ibu bebas dari kontraksi, buka penutup filter, desinfeksi port tersebut dengan kapas alkohol dan injeksikan obat anestetik lokal dengan kecepatan ml/30 detik
v  Observasi ibu untuk adanya reaksi merugikan seperti tinitus, mengantuk dan bicara tidak jelas
v  Pasang kembali tutup filter
v  Nadi dan tekanan darah diukur seperti pada pemberian awal, setiap 5 menit selama sedikitnya 20 menit
v  Bila perlu posisikan ibu kembali
v  Bereskan alat dengan benar
v  Dokumentasikan pemberian dan pengaruhnya serta lakukan tindakan yang sesuai
v  Lanjutkan observasi untuk dampak dan efek sampingnya, panggil dokter anestesi bila perlu
Prosedur pelepasan kanula epidural
Kunal dicabut setelah epidural tidak lagi diperlukan, biasanya setelah persalinan selesai
v  Dapatkan persetujuan tindakan dari ibu dan perhatikan privasinya
v  Pasang sarung tangan steril, balutan tahan air dan kulit plastik pada ibu
v  Cuci tangan, pasang sarung tangan steril
v  Buka plester dan minta ibu untuk membungkukan punggungnya(sama dengan posisi pada saat insersi epidural), tarik keluar kateter tersebut dengan hati-hati, tetapi cepat
v  Pasang kulit plastik dan balutan tahan air steril
v  Periksa kateter untuk kelengkapannya dengan mengkaji gradasi dan keadaan sekeliling ujung kateter, untuk meyakinkan kondisinya, periksa ulang oleh orang kedua
v  Dokumentasikan pencabutan kanula dan lakukan tindakan sesuai










Referensi
Bonnets U.R, Brow L.K(eds) 1999 Mysles textbook for midwives, 13th edn. Churchill Livingstone, Edinburgh
Collis R.E, Davies D, Aveling W 1995 Randomised comparison of combined spinal-epidural and mandard epidural analgesia in labor. The lancet 3 June (345):1413-1416
May A 1994 Epidural for childbirth. Oxfort universitypress, Oxford
O’sullirvan G 1997 Epidural analgesia in labor: recent development, British Journal of Midwifery 5(9): 555-556

Tidak ada komentar:

Posting Komentar