Senin, 01 Mei 2017

KELAINAN LETAK SUNGSANG


TUGAS
KELAINAN LETAK SUNGSANG


O
L
E
H

Nama: Notin Lolita
NIM:16140148
Kelas: B.13.2



PROGRAM STUDI D.IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………. 1
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………………………………………… 1
1.2  Tujuan………………………………………………………………………………………………………….. 1
1.3  Manfaat………………………………………………………………………………………………………… 2
BAB II TINJUAN TEORITIS…………………………………………………………………………….. 3
2.1 Pengertian…………………………………………………………………………………………………….. 3
2.2 Klasifikasi……………………………………………………………………………………………………… 3
2.3 Etiologi………………………………………………………………………………………………………….. 3
2.4 Diagnosis……………………………………………………………………………………………………….. 5
2.5 Prinsip Dasar Persalinan Sungsang………………………………………………………………… 5
2.6 Persalinan Letak Sungsang……………………………………………………………………………. 10
2.7 Prognosis Persalinan Letak Sungsang…………………………………………………………….. 13
2.8 Penanganan / Terapi……………………………………………………………………………………… 13
2.9 Sikap Bidan Dalam Menghadapi Kelainan Letak Sungsang……………………………. 14
BAB III MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN……………………………………………… 15
3.1 Pengkajian…………………………………………………………………………………………………….. 15
3.2 Interpretasi Data Dasar…………………………………………………………………………………. 18
3.3 Mengidentifuikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial………………………………………. 19
3.4 Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera……………………… 19
3.5 Mencanakan Asuhan Yang Menyeluruh………………………………………………………… 21
3.6 Melaksanakan Perencanaan…………………………………………………………………………… 21
3.7 Evaluasi………………………………………………………………………………………………………… 22
BAB IVPENUTUP…………………………………………………………………………………………….. 23
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………… 23
4.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi, maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar 5.600.000 jiwa pertahun.
Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi diantara 130-780 dalam 100.000 persalinan hidup. Walaupun telah dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi dengan makin menurunnya angka kematian ibu dan bayi disetiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia masih berkisar 390 per 100.000 persalinan hidup (Manuaba, 1998 : 8)
Kejadian letak sungsang berkisar antara 2 %-3 % bervariasi diberbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai peyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20 %-30 %.
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan persalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir.

1.2  Tujuan
Tujuan Umum
Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui gambaran secara umummengenai kelainan letak sungsang.
Tujuan Khusus
Dengan pembuatan studi kasus ini diharapkan Mahasiswa mampu:
  1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelainan letak sungang
  2. Mengetahui apa-apa saja klasifilasi dari kelainan letak sungsang
  3. Mengetahui etiologi dari kelainan letak sungsang
  4. Mengetahui bagaimana cara penegakan diagnosis pada kelainan letak sungsang
  5. Mengetaui bagaimana prinsip dasar kelaianan letaak sungsang
  6. Mengetahui cara persalinan letak sungsang
  7. Menegetahui prognosis kelainan letak sungsang
  8. Mengetahui bagaimana penanganan /terapi pada kelainan letak sungsang
  9. Mengetahui bagaimana sikap bidan pada kelainan letak lintang.

1.3  Manfaat
  1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan terutama dalam bidang metodologi penelitian  dan pelayanan kesehatan khususnya pada penanganan kasus kelainan letak lintang.
2        Bagi Institusi Kesehatan
Dapat memberikan gambaran tentang kejadian kelainan letak lintang dan dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka memberikan penanganan pada ibu bersalin dengan kelainan letak lintang guna mencegah kematian ibu dan bayi.
3        Bagi Pendidikan
Sebagai referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan proses pembelajaran dikampus dengan hasil yang memuaskan dan berguna di masa yang akan datang sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR KELAINAN LETAK SUNGSANG
2.1  Pengertian
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).
2.2  Klasifikasi
Ada 4 tipe kelainan letak sungsang,yaitu:
  1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong
  1. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
  1. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.
2.3  Etiologi
1)      Terdapat plasenta previa
Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir, sehingga dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
2)      Keadaan janin yang menyebabkan letak sungsang
  1. Makrosemia
  2. Hidrosefalus
  3. Anensefalus
Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan yang membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
3)      Keadaan air ketuban
  1. Hidramnion
  2. Oligohidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
4)      Keadaan Kehamilan
  1. Kehamilan ganda
  2. Kehamilan lebih dari dua
Menurut Fischer, ada beberapa sebab, yakni hamil kembar. Artinya, adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
5)      Keadaan Uterus
  1. Uterus arkuatus
  2. Plasenta dengan implantasi pada kornua
6)      Keadaan dinding abdomen
  1. Rileks akibat grandemultipara
  2. Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya.
7)      Keadaan tali pusat
  1. Pendek
  2. Terdapat lilitan tali pusat pada leher
8)      Penyebab lain
Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, Janin sudah lama mati,dan sebab yang tidak diketahui.
2.4  Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan pemerikasaan abdominal. Pada palpasi di bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar dan melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas pusat. Pemeriksaan dengan USG atau rontgen dapat mengetahui letak yang sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum.
2.5  Prinsip Dasar Persalinan Sungsang
  1. Persalinan pervaginam
a. Persalinan spontan
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.
Prosedur persalinan :
  • Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak berbahaya.
  • Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
  • Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dariruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya   lebih rendah  sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).
Teknik persalinan
  1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
  2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong  mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.
  3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua  ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari  lain memegang panggul.
  4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
  5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasianterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresikriste ller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi  fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak teradi lengan menjungkit.
  6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
  7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.
Keuntungan: 
  • Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi
  • Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
       Kerugian:
  • Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk
b.    Manual aid (partial breech extraction)
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Prosedur manual aid (partial breech extraction)
Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala
Tahapan :
  1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
  2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
  3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.
Cara klasik:
  1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
  2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
  3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dandengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
  4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
  5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan
  6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolongterletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara Mueller
  1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
  2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolongdiletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
  3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.
Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi
minimal.
Cara Louvset :
  1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
  2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :
Mauriceau
  1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalanlahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung.
  2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorangasisten melakukan ekspresikriste ller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.
Cara Cunam Piper :
Pemasangan cunam  pada after coming head tekniknya sama dengan   pemasangan  lengan  pada  letak belakang  kepala. Hanya  pada  kasus  ini, cunam dimasukkan  pada arah bawah, yaitu sejajar  pelipatan  paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar pelipatan  paha belakang. Setelah suboksiput  tampak dibawah simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut  lahir dagu, mulut, muka, dahi  dan  akhirnya seluruh  kepala  lahir.
c.  Ektraksi sungsang (total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Syarat partus pervaginam pada letak sungsang:
  • Janin tidak terlalu besar
  • Tidak ada suspek CPD
  • Tidak ada kelainan jalan lahir
  • Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

2.    Persalinan perabdominan (sectio caesaria)
Prosedur persalinan sunggang perabdominan:
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus  perabdominam adalah :
  • Primigravida tua
  • Nilai sosial tinggi
  • Riwayat persalinan yang buruk
  • Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
  • Dicurigai kesempitan panggul
  • Prematurita
2.6  Persalinan Letak Sungsang
Persalinan pada letak sungsang merupakan kontroversi karena komplikasinya tidak dapat diduga sebelumnya, terutama persalinan kepala bayi.Dengan demikian, pertolongan persalinan mempunyai dua pendapat yang sangat kontras, yaitu:
  1. Pengnut absolut
  • Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.
  • Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby dan well health mother
  1. Penganut faham relatif
  • Memberikan kesempatan persalinan pervaginam
Bentuk Persa Linan Teknik Persalinan Keterangan
Bracth teknik
  • Hiperlordose janin
  • Tekanan fundus uteri
  • Persalinan sungsang normal
  • Tanpa komplikasi

Partiil ekstraksi
  • Sampai umbilikus kekuatan sendiri

Manuil aids lovesets
  • Memutar badan bolak balik sampai bahu lahir
  • Trauma alat vital abdomen
  • Fraktur ekstremitas atas

Total ekstraksi
  • Ekstraksi kaki
  • Ekstraksi bokong
  • Seluruh kekuatan asal dari luar
  • Trauma alat vital abdomen
  • Fraktur atau dislokasi sendi bokong
  • Fraktur atau dislokasi ekstremitas bawah


Profilaksis Pinard
  • Menurunkan kaki depan
  • Memudahkan ekstraksi kaki depan
  • Fraktur atau dislokasi sendi femur
  • Fraktur kaki belakang

Viet Smellic Mauriceau
  • Jari masuk mulut leher dicekam
  • Tarik kebawah untuk melahirkan suboksiput
  • Tarik keatas untuk melahirkan sisa kepala
  • Robekan mulut
  • Dislokasi sendi leher
  • Gangguan pusat vital
  • Asfiksia ssampai meninggal

Forceps Piper dan kepala
  • Teknik pemasangan sulit
  • Kompresi daun forsep
  • Trauma langsung terhadap organ vital pada muka dan kepala
  • Truma mata dan telinga

Hanya jika dijumpai kelainan akan dilakukan secsio sesarea segera atau primer. Trauma yang paling berat dan harus difikirkan adalah trauma kepala yang menimbulkan asfiksia hingga kematian janin. Oleh karena itu, lebih aman jika persalinan dilakukan dengan secsio sesarea. Bentuk pertolongan seperti yang dikemukakan diatas belum memperhitungkan beberapa kelainan yang menyertai letak sungsang sebagai berikut,
  1. Terdapat tangan atau lengan berada di belakang kepala janin
  2. Terdapat lilitan tali pusat pada leher
  3. Terdapat kedudukan dagu depan
  4. Bayi ternyata maksrosemia
Oleh karena itu, dalam menghadapi letak sungsang perlu diperhitungkan kriteria yang dijabarkan oleh Zatuchni-Andres, yang menyatakan bahwa:
  1. Jumlah empat atau kurang mutlak dilakukan transabdominal, seksio sesarea.
  2. Penentuan berat bayi sangat penting. Kesalahan perkiraan berat akan menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.
  3. Berat bayi sekitar 3500 gram atau lebih langsung dilakukan secsio sesarea.
Kemungkinan komlikasi, morbiditas, dan mortalitas pada pertolongan letak sungsang merupakan masalah kontroversi antara langsung secsio sesarea atau pertolongan pervaginam.
  1. Pendapat absolut dan keingingan mencapai lebih pasti well born baby dan well health mother mengemukakan bahwa sudah tidak ada lagi tempat bagi pertolongan letak sungsang trensvaginal.
  2. Pendapat konservatif masih memberikan kesempatan persalinan per vaginam, dan jika terdapat kesulitan akan langsung dilakukan scsio sesarea.

2.7  Prognosis Persalinan Letas Sungsang
Morbiditas dan mortalitaspersalinan letak sungsang lebih berat dibandingkan letak kepala. Ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
  1. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
  2. Terdapat tiga komponenpersalinan letak sungsang dan masing-masing dapat menimbulkan komplikasi:
    1. Persalinan bokong
    2. Persalinan bahu dengan lengan
    3. Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali pembukaan serviks semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi terangkap
    4. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
    5. Terdapat tiga komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat menimbulkan komplikasi:
  • Persendian leher
  • Trauma langsung pada kepala
  • Edema serebri
  • Robekan tentorium serebri
  • Kerusakan pusat vital pada medula oblongata
  • Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat menimbulkan gangguan mental dan intelegensi
2.8  Penanganan / Terapi

  • Sikap sewaktu hamil
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar.
Tujuannya :
Untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi dengankehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit, gemili atau plasenta previa.
Teknik :
  1. Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg
  2. Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong
  3. Putar ke arah muka atau perut janin
  4. Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
  5. Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan

2.9  Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak Sungsang
Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :
  1. Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan petunjuk kepastian dalam lahir
  2. Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang optimal
  3. Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama dokter
  4. Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk Informed consent. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA KELAINAN LETAK SUNGSANG
Manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kelainan letak sungsang merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu hamil dengan kelainan letak sungsang. Manajemen asuhan kebidanan disusun dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat oleh bidan dalam langkah sebelumnya.
Langkah-langkah Manajemen varney:
3.1  Pengkajian
Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan objektif dari pasien .
Data subjektif
Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesa.yang termasuk data subjektif untuk ibu hamil dengan kelainan letak sungsang antara lain :
  1. Biodata dan Identitas
Yang perlu dikaji : nama, umur, bangsa, agama, dan alamat.Tujuan dilakukan anamnesa ini adalah untuk mengidentifikasi (mengenal) pasien lebih dekat .
  1. Keluhan Utama
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah
  1. Riwayat Penyakit Kehamilan
Untuk Mengetahui apakah selama kehamilan ibu dari bayi perna mengalami masalah seperti pendarahan, preeklamsia, eklamsi, hipertensi, diabetes, penyakit kelamin, anemia dan deteksi dini kelainan pada bayinya. Dari kasus ibu hamil dengan kelainan letak sungsang, maka perlu penanganan kusus.
  1. Riwayat Kehamilan ini
Yang dikaji adalah HPHT untuk menentukan usia kehamilan, TP dan kemungkinan komplikasi yang terjadi.
  1. Pola Kebiasaan
Gunanya untuk mengetahui apakah nutrisi, pola aktifitas ibu, pola hygine, pola istirahat ibu sudah benar dan cukup atau tidak.
Data objektif
Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus. Data objektif mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus.
  1. Pemeriksaan umum
Untuk menemukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang mencakup:
  • Kesadaran
  • Tekanan Darah,
  • Nadi
  • Pernafasan
  • Suhu
  1. Pemeriksaan Khusus

1)      Inspeksi
Yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan tanda yang dilakukan secara head to toe yaitu:
  • Kebersihan kulit
  •  Rambut
  •  Muka
  • Mata                : konjungtiva, sklera
  • Mulut              : caries gigi, karang gigi
  • Leher               : pembesaran kelenjer tiroid, pembengkakan kelenjer limfe
  • Payudara         : keadaan puting susu menonjol atau tidak, kolostruum ada atau tidak
  • Perut                : apakah membesar sesuai dengan tua kehamilan,apakah ada bekas       luka operasi
  • Ekstremitas atas dan bawah    : apakah ada kelainan seperti varises, udem dan sianosis.
  • Vulva              : apakah bersih, ada varises atau tidak, pengeluaran dari vagina.
2)      Palpasi
Dengan menggunakan secara leopold, kemungkinan yang ditemukan adalah:
  • Leopold I        : Tinggi fundus uteri dalam sentimeter, pada fundus teraba (keras,
melenting) kemungkinan bagian kepala janin.

  • Leopold II       : Pada dinding perut ibu sebelah kiri terba (panjang memapan)                                kemungkinan punggung janin, pada dinding perut ibu sebelah kanan                       teraba ( tonjolan-tonjolan kecil) kemungkinan ekstremitas janin.
  • Leopold III     :Pada bagian terbawah perut ibu teraba (lunak, tidak melenting)                             kemungkinan bokong janin.
  • Leopold IV     :Untuk mengetahui seberapa masuknya bagian terbawah janin ke PAP.

3)      Auskultasi
Periksa dengar dilakukan untuk mengetahui bunyi jantung janin, frekuensi, teratur atau tidaknya dan mengetahui posisi punktum maksimum. DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
4)      Perkusi
Melakukan pemeriksaan ketuk pada reflek patela kiri dan kanan positif
Pemeriksaan Penunjang.
  • USG
Mengetahui kemungkinan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan hidramnion dan derajat kematangan plasenta.
  • Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan kepala di fundus.
Pemeriksaan Dalam
Setelah ketuban pecah,dapat di raba lebih jelas adanya bokong yang di tandai dengan adanya sakrum,kedua tuber ossis iskii dan anus.Bila dapat di raba kaki ,maka harus di bedakan dengan tangan.Pda kaki terdapat tumit,sedangkan pada tangan di temukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pemeriksaan Luar
Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus uteri, denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus
3.2  Interprestasi Data Dasar
Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh profesi(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama),yaitu :
1)      Diakui dan telah disahkan oleh profesi bidan
2)      Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3)      Didukung oleh klinikal judgement dalam lingkup lingkup kebidanan
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah :
a)      Diagnosa Kebidanan
Ibu hamil : G…,P…, A…,H…, usia kehamilan…mgg, janin hidup, tunggal, intra uterin, let-Su, persentasi bokong, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.
Dasar     : HPHT, TP, jumlah air  ketuban lebih dari 2 liter dapat diketahui dari USG, hasil pemeriksaan sitology vaginal ,hasil test tanpa tekanan dengan CTG.
b)      Masalah

  • Kemungkinan masalah yang timbul adalah kecemasan.
Dasar: ibu cemas dan takut menghadapi persalinan.
  • Gangguan eleminasi miksi (retensi urine )
Dasar: trauma mekanik karena kehamilan letak sungsang.
c)      Kebutuhan

  • Dukungan Psikologi
Dasar : karena ibu cemas menghadapi persalinannya.
  • Anjurkan keluarga untuk memotivasi ibu
Dasar: karena ibu takut anaknya cacat.

3.3  Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial
Masalah potensial yang akan terjadi pada bayi dengan letak sungsang adalah
1)      Sindrom gawat nafas.
2)      Perdarahan intrakranial
3)      Fraktur.
3.4  Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
a)       Sindrom gawat janin
Tindakan yang dilakukan jika terjadi gawat janin:
  • Atur posisi ibu miring ke kiri
  • Berikan oksigen 6 liter/menit
  • Lakukan episiotomi
  • Injeksikan dexamethason
  • Pemberian cairan oral atau parenteral(infus dextrose 10% tetesan cepat)
  • Pengontrolan BJJ diwaktu his dan diluar his
  • Lakukan resusitasi setelah jalan lahir.

b)      Perdarahan intrakranial
Diusahakan tindakan dibatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebih parah . Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2. Perlu diobservasi secara cermat:
  1. suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis.
  2. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik
  3. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02.
  4. Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.
  5. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.
  6. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5–10%) dan NaCl 0,9% 4:1 atau glukosa 5–10%dan Nabik 1,5% 4:1.
  7. Pemberian obat-obatan :
1)      valium/luminal bila ada kejang-kejang.Dosis valium 0,3–0,5 mg/kgBB, tunggu 15 menit, kalau belum berhenti diulangi dosis yang sama; kalau berhenti diberikan luminal 10 mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudianluminal per os 8 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya.
2)      kortikosteroid berupa deksametason 0,5–1 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baik terhadap hipoksia dan edema otak.
3)      antibiotika dapat diberikanuntuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi yang berlebihan.
4)      Tindakan bedah darurat :
      • Bila perdarahan/hematoma epidural walaupun jarang dilakukan explorative Burrholedan bilapositif dilanjutkan dengan kraniotomi, evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat .
      • Pada perdarahan/hematoma subdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran likuor, dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.
c)      Fraktur
Tindakan yang dilakukan  :Pergerakan lengan di kurangi agar fraktur tidak terjadi.
Pengobatannya adalah Reposisi abduksi 60 derajat, fleksi 90 derajat, dan imobilisasi.Patah tulang pada bayi akan cepat sembuh dalam 7-10 hari.
3.5  Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan pada ibu hamil dengan kelainan letak sungsang antara lain :
1)      Observasi TTV
2)      Memberi tahu hasil pemeriksaan
3)      Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan cara persalinan.
4)      Konsul/kolaborasi dengan Dr.Obgyn.
5)      Melakukan inform consent.
6)      Lakukan rujukan.
3.6  Melaksanakan Perencanaan
Rencana asuhan yang telah disusun dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien atau Tim Kesehatan yang lain.


3.7  Evaluasi
Rangkaian tindakan yang saling berhubungan bertujuan untuk mengukur kemampuan dan efektivitas pelaksanaan asuhan kebidan berdasan tujuan dan kriteria evaluasi menggunakan format SOAP.
BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).
Ada 4 tipe kelainan letak sungsang,yaitu:
  1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong
  1. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
  1. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Prinsip dasar persalinan sungsang,yaitu:
  1. Persalinan pervaginam
1)             Persalinan spontan
2)             Manual aid (partial breech extraction)
3)             Ektraksi sungsang (total breech extraction)

  1. Persalinan perabdominan (sectio caesarea)
Persalinan letak sungsang memiliki 2 penganut,yaitu:
  1. Penganut absolut
  • Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.
  • Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby dan well health mother
    1. Penganut faham relatif
  • Memberikan kesempatan persalinan pervaginam
4.2    Saran
Di sarankan kepada pembaca terutama petugas kesehatan agar dapat lebih memahami apa yang di maksud dengan kelainan letak sungsang serta dapat menanggulangi kejadian letak sungsang yang dapat berakibat kematian pada ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba IBG. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: ECG
Rustam,Mochtar Prof. Dr. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid Edisi 2 Buku Kedokteran.Jakarta: EGC
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Vol 1. Jakarta : EGC
:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar